MAJOR ART DAN MINOR
ART
Apa itu MAJOR ART adn MINOR ART????
Seperti yang kita ketahui,
Indonesia meiliki wilayah yang sangat luas yang terbentang dari sabang sampai
merauke. Selian itu, indonesia memiliki banyak pulau atau dikenal dengan
sebutan seribu pulau yang menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman suku, seni, budaya,
bahasa dan lain sebagainya. Namun keanekaragaman seni dan budaya dari
masing-masing daerah tersebut memiliki keunikan atau ciri khas tersendiri,
sehingga hal tersebut memancing wisatawan untuk mengunjunginya. Membahas
masalah seni tidak akan ada habisnya, contoh kecilnya kita mengenal beberapa
bidang seni, diantaranya : seni lukis, patung, kriya yang dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu: kriya kayu, kriya logam, dan kriya keramik, tekstil, grafis, dan
masih banyak yang lainnya.
Dilihat secara mengkhusus, dari
bidang-bidang seni tersebut ternyata digolongkan menjadi dua, yaitu :
ü MAJOR
ART
hasil karya seni yang sudah sejak lama memiliki kepopuleran dan mendapat apresiasi
dari masyarakat banyak (publik).
ü MINOR ART
hasil karya seni yang kurang mendapat apresiasi dari masyarakat banyak atau
pengakuan publik.
Dari pengertian diatas, sudah kita
ketahui bersama bahwa seni lukis dengan berbagai alirannya adalah seni yang
tergolong MAJOR ART. Seni lukis memiliki kepopuleran yang cukup tinggi dari
dulu sampai sekarang. Di jurusan Pendidikan Seni Rupa UNDIKSHA tahun 2014
sebagian besar mahasiswa mengambil TA (Tugas Akhir) Lukis. Selain itu banyak
juga anggapan dari masyarakat awam bahwa seorang seniman atau mahasiswa dari
jurusan seni rupa pasti pintar menggambar atau melukis. Namun perlu kita
ketahui bahwa orang yang bergelut di bidang seni bisa disebut sebagai seniman
dan mahasiswa yang mengambil jurusan seni rupa tidak semua ahli atau mahir
dalam melukis tetapi mereka memiliki keahlian di bidang-bidang seni yang
lainnya.
Seni lainnya yang tergolong MINOR ART
salah satunya adalah kriya kayu, tekstil, patung, dan lain sebagainya. Namun
tanpa kita sadari kenyataannya dilapangan bahwa yang tergolong MINOR ART
keberadaannya paling dekat dengan kita dan sering kita manfaatkan dalam
kehidupan kita sehari-hari, misalnya kita selalu menggunakan meja untuk
belajar, kursi untuk duduk, dalam seni lukis kita juga memanfaatkan kayu untuk
membuat span, bingkai, pakaian, kain-kain dan lain sebagainya. Serta yang saya amati
MINOR ART lebih cenderung menonjolkan kekhasan budaya daerah dimana suatu karya
tersebut dilahirkan, karena kebanyakan dari mereka memasarkan produknya kepada
turis – turis asing yang tentu saja akan lebih tertarik kepada motif dan gaya
etnik yang kita miliki. Selain itu hasil karya seni orang desa cenderung
dihargai lebih murah dibanding hasil karya seni orang kota. Namun belum tentu
hasil karya seni orang kota lebih bagus dibandingkan hasil karya seni orang
desa karena orang desa dalam proses berkarya cenderung dengan perasaan yang
tulus dan tidak tergesa-gesa sehingga menghasilkan karya yang maksimal.
Membahas tentang seni kriya kayu dan karya orang desa,
kebetulan ayah dan seorang paman saya bergelut dibidang tersebut, saya akan
membahas sedikit tentang hal tersebut.
Ayah saya bernama Made Pastika dulunya bernama Made
Wijana dan paman saya Bernama Nyoman Suta Wijaya. Mereka berdua bergelut dan
mencari nafkah dibidang seni kriya kayu. Tentu saja dalam berkarya mereka tidak
sendirian, dalam karyanya mereka cenderung membuat ukiran antik. Bidang yang
diukir biasanya pintu, bale, meja dan lain sebagainya. Motif ukirannya biasanya
menggunakan motif ukiran bali khas buleleng atau bali utara, misalnya motif don
sumangka, bun-bunan, bunga dan lain sebagainya. Kiri khas dari karya mereka
adalah ukiran-ukiran tersebut yang dibuat baru kemudian diantik dengan proses
yang cukup panjang sehingga menghasilkan karya yang memiliki kesan lama atau
kuno. Mereka mejual karyanya ke artshoop atau galery yang ada di gianyar dan
ubud. Kadang mereka dapat orderan untuk membuat barang yang sudah ada yang
usianya benar-benar tua kemudian mereka menirunya sepersis mungkin. Hasil karya
tersebut dihargai cukup rendah dibandingkan galery yang menjualnya sampai
berlipat ganda. Hal tersebut membuat orang yang bergelut bidang seni di desa
kehidupannya berkecukupan, karena dalam benaknya jika dijual dengan harga
tinggi seperti harga di artshop atau di galery maka barangnya tidak mau di beli
dan mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu mereka
terpaksa menjual dengan harga cukup murah. Namun mudah-mudahan kedepan hal
tersebut tidak terjadi dan karya orang desa juga dihargai.
Berikut adalah beberapa karya seni yang dihasilkan
oleh bapak dan paman saya
1 komentar:
Unknown
10 Juli 2019 pukul 17.57
Permalink this comment
1
itu yang pintu nomor 4 dari gambar atas atau yang paling bawah dijual?
Posting Komentar