Telaah
Kurikulum
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan,
sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum mencerminkan
falsafah hidup bangsa, ke arah mana dan bagaimana bentuk kehidupan itu kelak
akan ditentukan oleh kurikulum yang digunakan oleh bangsa tersebut sekarang.
Nilai sosial, kebutuhan dan tuntutan masyarakat cenderung/selalu mengalami
perubahan antara lain akibat dari kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi.
Kurikulum harus dapat mengantisipasi perubahan tersebut,
sebab pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Kurikulum dapat (paling tidak
sedikit) meramalkan hasil pendidikan/pengajaran yang diharapkan karena ia
menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang harus dialami oleh
peserta didik. Hasil pendidikan kadang-kadang tidak dapat diketahui dengan
segera atau setelah peserta didik menyelesaikan suatu program
pendidikan.Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum
yang sesuai dengan sepanjang masa, kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan
perkembangan zaman yang senantiasa cenderung berubah.
Menurut
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Berikut adalah beberapa kurikulum yang ada di Indonesia
beserta kelebihan dan kelemahanannya.
Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK)
KBK atau
Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah seperangkat rencana dan pengaturan
tentang kompetensi dan hasil belajar, serta pemberdayaan sumber daya
pendidikan. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah kurikulum dalam dunia pendidikan di Indonesia
yang mulai diterapkan sejak tahun 2004. Kurikulum berbasis kompetensi merupakan
suatu desain kurikulum yang dikembangkan berdasarkan seperangkat kompetensi
tertentu oleh karena itu Depdiknas menyusun standar nasional untuk seluruh mata
pelajaran, yang mencakup komponen-komponen; (1) standar kompetensi, (2)
kompetensi dasar, (3) materi pokok, dan (4) indikator pencapaian.
Kelebihan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) sebagai berikut:
1.
Mengembangkan kompetensi-kompetensi peserta didk pada
setiap aspek mata pelajaran dan bukan pada penekanan penguasaan konten mata
pelajaran itu sendiri.
2.
KBK bersifat alamiah (konstekstual), karena berangkat
berfokus dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai
kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik
merupakan subjek belajar dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam
bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan standar kompetensi tertentu, bukan
transfer pengetahuan (transfer of knowledge).
3.
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) boleh jadi mendasari
pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian
tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari, serta aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal
berdasarkan standar kompetensi tertentu.
4.
Mengembangakan pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik /siswa (student oriented).
Peserta didik dapat bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan
memanfaatkan indra seoptimal mungkin dan membuat seluruh tubuh serta pikiran
terlibat dalam proses belajar. Dengan demikian, peserta dapat belajar dengan
bergerak dan berbuat, belajar dengan berbicara dan mendengar, belajar dengan
mengamati dan menggambarkan, serta belajar dengan memecahkan masalah dan
berpikir. Pengalaman-pengalaman itu dapat diperoleh melalui kegiatan mengindra,
mengingat, berpikir, merasa, berimajinasi, menyimpulkan, dan menguraikan
sesuatu. Kegiatan tersebut dijabarkan melalui kegiatan mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis.
5.
Guru diberikan kewenangan untuk menyusun silabus yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi di sekolah/daerah masing-masing sesuai
mata pelajaran yang diajarkan.
6.
Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap
aspek dari suatu mata pelajaran memudahkan evaluasi dan perbaikan terhadap
kekurangan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
7.
Penilaian yang menekankan pada proses memungkinkan
peserta didik untuk mengeksplorasi kemampuannya secara optimal, dibandingkan
dengan penilaian yang terfokus pada konten.
8.
Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu
yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi,
terutama yang berkaitan dengan ketrampilan.
Kelemahan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) sebagai berikut:
1.
Dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah
disusun, padahal indikator sebaiknya disusun oleh guru, karena guru yang paling
mengetahui tentang kondisi peserta didik dan lingkungan.
2.
Konsep KBK sering mengalami perubahan termasuk pada
urutan standar kompetensi dan kompetensi dasar sehingga menyulitkan guru untuk
merancang pembelajaran secara berkelanjutan.
3.
Paradigma guru dalam pembelajaran KBK
masih seperti kurikulum-kurikulum sebelumnya yang lebih pada teacher oriented.
4.
Memandang kompetensi sebagai sebuah
entitas yang bersifat tunggal, padahal kompetensi merupakan ” a complex combination of
knowledge,attitudes, skills and
values displayed in the context of task performance “. ( Gonczi,1997),
sistem pengukuran perilaku yang menggunakan paradigma behaviorisme ditengarai
tidak mampu mengukur sesuatu perilaku yang dihasilkan dari pembelajaran
bermakna (significant learning)
(Barrie dan Pace,1997), dan kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan KBK
adalah waktu,biaya dan tenaga yang banyak.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)
KTSP atau
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah sebuah kurikulum operasional
pendidikan yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan
di Indonesia. Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari SI (Standar Isi), namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar
sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) merupakan revisi dan pengembangan dari Kurikulum Berbasis
Kompetensi atau ada yang menyebut Kurikulum 2004.
Kelebihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
1.
Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam
menyelenggarakan pendidikan. Tidak dapat diungkiri bahwa salah satu bentuk
kegagalan pelaksanaan kurikulum di masa lalu ialah adanya penyeragaman
kurikulum di seluruh Indonesia, tidak melihat kepada situasi riil di lapangan,
dan kurang menghargai atau meninjau potensi keunggulan local yang ada bias
dimunculkan sekolah didaerah atau provinsi.
2.
Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak
manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam
penyelenggaraan program-program pendidikan dan dapat tercapainya pendidikan
karakter.
3.
KTSP sangat memungkinkan bagi tiap sekolah untuk
mengembangkan mata pelajaran tertentu bagi kebutuhan siswa.
4.
Untuk mengantisipasi permasalahan pendidikan ,namun
secara umum,KTSP biasa diandalkan menjadi patokan mengadapi tantangan
masa depan dengan pembekalan keterampilan peserta didik.
5.
Peserta didik juga diajak bicara,diskusi,wawancara dan
membahas masalah – masalah yang kontekstual ,yang dalam kenyataanya memang
diperlukan sehingga peserta didik menjadi lebih mengerti dan menjiwai
permasalahannya karena sesuai dengan keadaan peserta didik dalam kehidupan
sehari- hari.
6.
Peserta didik tidak hanya dituntun menghafal namun
yang lebih penting sudah adalah belajar proses sehingga mendorong peserta didik
untuk meneliti dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari – hari.
7.
KTSP mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat
dan memberatkan kurang lebih 20 persen.
8.
KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada
sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhannya.
9.
Guru sebagai pengajar, pembimbing, pelatih dan
pengembang kurikulum.
10.
Kurikulum sangat humanis, yaitu memberikan kesempatan
kepada guru untuk mengembangkan isi/konten kurikulum sesuai dengan kondisi
sekolah, kemampuan peserta didik dan kondisi daerahnya masing-masing.
11.
Standar kompetensi yang memperhatikan kemampuan
individu, baik kemampuan, kecakapan belajar, maupun konteks social budaya.
12.
Berbasis kompetensi sehingga peserta didik berada
dalam proses perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian,
sebagai pemekaran terhadap potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan
belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan.
13.
Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan
lingkungan untuk memberikan kemudahan belajar peserta didik
14.
Mengembangkan ranah pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan berdasarkan pemahaman yang akan membentuk kompetensi individual.
15.
Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya
kerjasama antar sekolah, masyarakat, dan dunia kerja yang membentuk kompetensi
peserta didik.
16.
Kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinamis dan
menyenangkan
17.
Menggunakan berbagai sumber belajar.
18.
Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses
dan hasil belajar.
19.
Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan
lingkungan untuk memberikan kemudahan belajar siswa.
Kelemahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
1.
Kurangnnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP
pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada. Minimnya kualitas guru dan sekolah.
2.
Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung
sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP .
3.
Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara
komprehensif baik konsepnya, penyusunannya,maupun prakteknya di lapangan
4.
Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam
pelajaran akan berdampak berkurangnya pendapatan guru. Sulit untuk memenuhi
kewajiban mengajar 24 jam, sebagai syarat sertifikasi guru untuk mendapatkan
tunjangan profesi.
5.
Pola kurikulum lama yang terlanjur mengekang
kreativitas guru.
6.
Tidak tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap
dan representatif juga merupakan kendala yang banyak dijumpai di lapangan,
banyak satuan pendidikan yang minim alat peraga, laboratorium serta fasilitas
penunjang yang menjadi syarat utama pemberlakuan KTSP.
7.
Diperlukannya waktu yang cukup oleh pedidik dalam
membina perkembangan peserta didiknya,terutama peserta didik yang berkemampuan
dibawah rata – rata.Kenyataan membuktikan ,kondisi social,dan ekonomi yang
menghimpit kesejahteraan hidup para guru.
8.
Kendala lain yang dialami guru adalah ketidakpahaman
mengenai apa dan bagaimana melakukan evaluasi dengan prtofolio.karena
ketidakpemahaman ini mereka kembali kepada pola assessment lama dengan
tes –tes dan ulangan – ulangan yang cognitive based semata.
Kurikulum2013
Kurikulum
yang baru yaitu kurikulum 2013. Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada
tahun pelajaran 2013/2014 pada sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum
2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013. Pembaharuan kurikulum
perlu dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum yang sesuai dengan sepanjang
masa, kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang
senantiasa cenderung berubah.
Keunggulan
kurikulum 2013
1. Siswa lebih dituntut untuk aktif,
kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di
sekolah.
2. Adanya penilaian dari semua aspek.
Penentuan nilai bagi siswa bukan hanya didapat dari nilai ujian saja tetapi
juga didapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain-lain.
3. Munculnya pendidikan karakter dan
pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi.
4. Adanya kompetensi yang sesuai dengan
tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
5. Kompetensi yang dimaksud
menggambarkan secara holistic domain sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.
6. Banyak kompetensi yang dibutuhkan
sesuai perkembangan seperti pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif,
keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan.
7. Hal yang paling menarik dari
kurikulum 2013 ini adalah sangat tanggap terhadap fenomena dan perubahan
sosial. Hal ini mulai dari perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal,
nasional, maupun global.
8. Standar penilaian mengarahkan kepada
penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, ketrampilan dan pengetahuan secara
proporsional.
9. Mengharuskan adanya remediasi secara
berkala.
10. Sifat pembelajaran sangat
kontekstual.
11. Meningkatkan motivasi mengajar
dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial dan personal.
12. Ada rambu-rambu yang jelas bagi guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran (buku induk)
13. Guru berperan sebagai fasilitator
14. Diharapkan kreatifitas guru akan
semakin meningkat
15. Efisiensi dalam manajemen sekolah
contohnya dalam pengadaan buku, dimana buku sudah disiapkan dari pusat
16. Sekolah dapat memperoleh
pendampingan dari pusat dan memperoleh koordinasi dan supervise dari daerah
17. Pembelajaran berpusat pada siswa dan
kontekstual dengan metode pembelajaran yang lebih bervariasi
18. Penilaian meliputi aspek kognitif,
afektif, psikomotorik sesuai proporsi
19. Ekstrakurikuler wajib Pramuka meningkatkan
karakter siswa terutama dalam kedisiplinan, kerjasama, saling menghargai, cinta
tanah air dan lain-lain.
Kelemahan kurikulum 2013
- Guru banyak salah kaprah, karena beranggapan dengan kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata pelajaran yang harus tetap ada penjelasan dari guru.
- Banyak sekali guru-guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum 2013 ini, karena kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, pada kenyataannya sangat sedikit para guru yang seperti itu, sehingga membutuhkan waktu yang panjang agar bisa membuka cakrawala berfikir guru, dan salah satunya dengan pelatihan-pelatihan dan pendidikan agar merubah paradigm guru sebagai pemberi materi menjadi guru yang dapat memotivasi siswa agar kreatif.
- Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan scientific
- Kurangnya ketrampilan guru merancang RPP
- Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik
- Tugas menganalisis SKL, KI, KD buku siswa dan buku guru belum sepenuhnya dikerjakan oleh guru, dan banyaknya guru yang hanya menjadi plagiat dalam kasus ini.
- Tidak pernahnya guru dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013, karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama.
- Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013 karena UN masih menjadi factor penghambat.
- Terlalu banyak materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap materi bisa tersampaikan dengan baik, belum lagi persoalan guru yang kurang berdedikasi terhadap mata pelajaran yang dia ampu.
- Beban belajar siswa dan guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama.
- Timbulnya kecemasan khususnya guru mata pelajaran yang dihapus yaitu KPPI, IPA dan Kewirausahaan dan terancam sertifikasiya dicabut.
- Sebagian besar guru masih terbiasa menggunakan cara konvensional
- Penguasaan teknologi dan informasi untuk pembelajaran masih terbatas.
- Guru tidak tiap dengan perubahan
- Kurangnya kekmampaun guru dalam proses penilaian sikap, ketrampilan dan pengetahuan secara holistic.
- Kreatifitas dalam pengembangan silabus berkurang
- Otonomi sekolah dalam pengembangan kurikulum berkurang
- Sekolah tidak mandiri dalam menyikapi kurikulum
- Tingkat keaktifan siswa belum merata
- KBM umumnya saat ini mash konvensional
- Belum semua guru memahami sistem penilaian sikap dan ketrampilan.
- Menambah beban kerja guru.
- Citra sekolah dan guru akan menurun jika tidak berhasil menjalankan kurikulum 2013
- Pramuka menjadi beban bagi siswa yang tidak menyukai Pramuka, sehingga ada unsur keterpaksaan.
Sumber
http://kurikulum-umyana.blogspot.com/ (diakses pada hari Minggu, 01
November 2015, pukul 21.34 wita)
0 komentar:
Posting Komentar