Tugas 1 Pengembangan Peserta Didik



Pengembangan Peserta Didik

Perkembangan mengacu pada bagaimana seorang tumbuh, beradaptasi, dan berubah disepanjang perjalanan hidupnya. Orang tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan sosioemosional (sosial dan emosi), perkembangan kognitif (berpikir), dan perkembangan manusia menurut teori Piaget (kognitif dan moral) serta teori perkembangan kognitif menurut Lev Vygotsky. Setidaknya ada lima faktor yang dapat memengaruhi kinerja peserta didik kita, yaitu lingkungan keluarga, atmosfer persekawanan, sumber daya sekolah, kecerdasan yang berasal dari dalam diri sendiri, dan aksesibilitas pencapaian informasi.
Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya. Didalam pandangan yang lebih modern anak didik tidak hanya dianggap sebagai objek atau sasaran pendidikan, melainkan juga mereka harus diperlukan sebagai subjek pendidikan, diantaranya adalah dengan cara melibatkan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.Dasar-dasar kebutuhan anak untuk memperoleh pendidikan, secara kodrati anak membutuhkan dari orang tuanya. Dasar-dasar kpdrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak dalam kehidupannya, dalam hal ini keharusan untuk mendapatkan pendidikan itu jika diamati lebih jauh sebenarnya mengandung aspek-aspek kepentingan, antara lain :
1.Aspek Paedogogis
Dalam aspek ini para pendidik mendorang manusia sebagai animal educandum, makhluk yang memerlukan pendidikan. Dalam kenyataannya manusia dapat dikategorikan sebagai animal, artinya binatang yang dapat dididik, sedangkan binatang pada umumnya tidak dapat dididik, melainkan hanya dilatih secara dresser.
Adapun manusia dengan potensi yang dimilikinya dapat dididik dan dikembangkan kearah yang diciptakan.
2.Aspek Sosiologi dan Kultural
Menurut ahli sosiologi, pada perinsipnya manusia adalah moscrus, yaitu makhlik yang berwatak dan berkemampuan dasar untuk hidup bermasyarakat.
3.Aspek Tauhid
Aspek tauhid ini adalah aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia adalah makhluk yang berketuhanan, menurut para ahli disebut homodivinous (makhluk yang percaya adanya tuhan) atau disebut juga homoriligius (makhluk yang beragama). Sedangkan Karateristik peserta didik meliputi perkembangan fisik, perkembangan sosioemosional, dan perkembangan intelektual/mental. Perkembangan intelektual peserta didik melalui empat tahap yaitu sensorimotor, praoperasi, operasi konkrit, dan operasi formal. Peserta didik adalah setiap manusia yang sepanjang hidupnya selalu dalam perkembangan. Perkembangan peserta didik itu selalu menuju kedewasaan dimana semuanya itu terjadi karena adanya bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik. Bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik sangat dipengaruhi oleh pandangan pendidik itu sendiri terhadap peserta didik.
Dalam hal ini anak ( peserta didik ) merupakan sarana dalam proses pendidikan.
Pertumbuhan dan perkembangannya yang dialami oleh peserta didik sangat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:
1.      faktor pembawaan ( warisan ),
2.      faktor lingkungan dan
3.      faktor kematangan ( internal ).
Dalam proses perkembangan seseorang, ada beberapa aliran yang menjelaskan tentang teori perkembangan, antara lain :
1.      Aliran Nativisme.
Dalam aliran ini dijelaskan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa ( Arthur Sckonenhauer : 1788 – 1860 ). Faktor pembawaan ini bersifat kodrati dari lahir dan tidak dapat diubah oleh pengaruh alam sekitar. Faktor inilah yang akan membentuk kepribadian manusia.
2.      Aliran Empirisme
 Pada aliran ini dijelaskan bahwa perkembangan manusia itu semata-mata tergantung pada lingkngan dengan pengalaman pendidikannya ( John Locke ).
3.      Aliran Konvergensi
Aliran ini adalah gabungan antara aliran empirisme dengan aliran nativisme.

Periode Perkembangan Seni Rupa anak-anak
Pengelompokan periodisasi karya seni rupa anak dimaksudkan agar kita mudah mengenali karakteristik perkembangan anak berdasarkan usianya. Dalam mengungkapkan gagasannya, anak masih memandang gambar sebagai satu ungkapan keseluruhan. Hal ini belum tampak bagian demi bagian secara rinci. Yang tampak hanyalah bagian-bagian kecil yang menarik perhatian, terutama yang menyentuh perasaan dan keinginannya.
Periodisai menurut Cyrl Burt (Lowenfeld, 1975: 118-119) Membagi periodisasi gambar menjadi tuju tingkatan, yaitu:
Masa mencoreng                                 : 2 - 3 tahun
Masa garis                                           : 4 tahun
Masa simbolisme deskriptif                : 5 - 6 tahun
Masa realisme deskriftif                      : 7 - 8 tahun
Masa realisme visual                           : 9 - 10 tahun
Masa represi                                        : 10 – 14 tahun
Masa pemunculan artistic                    : masa adolesen

Masa Corengan  dan masa garis
Masa corengan merupakan masa awal yang bisa dikaitkan dengan seni rupa. Semua anak manusia pasti melewati masa ini, Kesenangan membuat coretan-coretan di dinding atau media lain tumbuh pada anak-anak usia kurang lebih dua tahun. Goresan-goresan yang dihasilkan masih kasar dan tidak beraturan, kecenderungan anak usia 2 tahun ini menggoreskan pensil atau alat tulis lain pada bidang degan keras bahkan sampai-sampai sekuat tenaga tangan dan jari mereka. Hal ini dapat kita temukan anak yang melubangi atau melukai kertas yang digoresnya.
Hal ini tentunya berkaitan dengan kemampuan motorik anak yang masih mengunakan motorik kasar. Kemudian, seiring perkembangan motorik anak berikutnya hasil corengan atau garis mulai beragam dengan arah yang bervariasi pula. Periode ini terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu:


1.      Corengan tak beraturan
tahap ini garis atau coretan yang dihasilkan anak tak beraturan. gambar yang terbentuk juga sembarangan, kecenderungan anak mencoreng tanpa alasan atau maksud membuat bentuk tertentu, anak-anak melakukan corengan hanya karena mereka mau dan senang melakukan hal yang baru dalam hidupnya.
2.      Corengan terkendali
tahap ini anak mulai bisa mengendalikan motoriknya dengan lebih baik. Corengan yang dihasilkan sudah terkendali dan terlihat ada usaha dalam setiap tarikan garisnya. Hal ini terjadi karena adanya kerjasama antara  perkembangan visual dengan perkembamngan motorik. Hal ini terbukti dengan adanya pengulangan coretan garis baik yang horizontal , vertical, lengkung , bahkan lingkaran.
3.      Corengan bernama
tahap ini adalah tahap terakhir dari  masa corengan dan garis. Biasanya terjadi pada anak usia 3 sampai 4 tahun, corengan yang dihasilkn sudah berupa gambar atau bentuk-bentuk yang sudah akrab dengan mereka. Seperti mobil, rumah, ayah, ibu, kakak dll. Dan seiring perkembangan bahasa, visual motoriknya anak juga dapat menyebutkan apa yang dia buat. Anak mulai menyadari hubungan gambar dengan lingkungannya bentuk, warna dan bahkan suatu kejadian juga mulai muncul dalam karya anak. disinilah tugas guru dan orang tua untuk membina mereka agar mengenal warna, bentuk dan peristiwa-peristiwa dilingkungannya.

Masa simbolisme deskriptif
Pada masa ini anak sudah mengenal bentuk lebih banyak dan perkembangan motoriknya juga semakin bagus perpaduan antara visual dan motrik akan berpengaruh dalam karyanya di masa ini. Gambar yang dihasilkan sudah menunjukkan keseriusan dalam usaha mencapai bentuk-bentuk tertentu. Tapi gambar masih tetap berkesan datar dan belum bisa mengukur perbandingan ukuran objek satu dengan yang lainnya. Masa ini biasanya terjadi usia 5 sampai 6 tahun Pada perkembangan selanjutnya kesadaran ruang muncul dengan dibuatnya garis pijak (base line).
Hasil karya anak-anak itu disebutnya gambar fisioplastik. Anak yang belum berumur 8 tahun belum mampu menggambar apa yang dilihatnya tetapi mereka menggambar maenurut apa yang sedang dipikirkannya. Hasil karya mereka itu disebut gambar ideoplastik.
Pada masa ini juga, kadang-kadang dalam satu bidang gambar dilukiskan berbagai peristiwa yang berlainan waktu. Hal ini dalam tinjauan budaya dinamakan continous narrative, anak sudah bisa memahami ruang dan waktu. Objek gambar yang dilukiskan banyak dan berulang menggambarkan sedang dilakukan.

Masa realisme deskriftif
Dimasa ini karya anak lebih menyerupai kenyataan. Kesadaran perspektif mulai muncul, namun berdasarkan penglihatan sendiri. Mereka menyatukan objek dalam lingkungan. Selain itu kesadaran untuk berkelompok dengan teman sebaya dialami pada masa ini. Perhatian kepada objek sudah mulai rinci. Namun dalam menggambarkan objek, proporsi (perbandingan ukuran) belum dikuasai sepenuhnya. Pemahaman warna sudah mulai disadari. Penguasan konsep ruang mulai dikenalnya sehingga letak objek tidak lagi bertumpu pada garis dasar, melainkan pada bidang dasar sehingga mulai ditemukan garis horizon.
Selain dikenalnya warna dan ruang, penguasaan unsur desain seperti keseimbangan dan irama mulai dikenal pada periode ini. Ada perbedaan kesenangan umum, misalnya: anak laki-laki lebih senang kepada menggambarkan kendaraan, anak perempuan kepada boneka atau bunga. Dalam masa ini anak sudah mulai bisa menangkap objek yang ingin digambarnya mereka mampu menggambar bentuk apa yang dilihatnya.

Masa realisme visual
Pada usia anak antara 9 sampai 10 tahun anak mulai memiliki kemampuan berfikir abstrak serta kesadaran sosialnya makin berkembang. Perhatian kepada seni mulai kritis, bahkan terhadap karyanya sendiri. Pengamatan kepada objek lebih rinci. Tampak jelas perbedaan anak-anak bertipe haptic dengan tipe visual. Tipe visual memperlihatkan kesadaran rasa ruang, rasa jarak dan lingkungan, dengan fokus pada hal-hal yang menarik perhatiannya. Penguasaan rasa perbandingan (proporsi) serta gerak tubuh objek lebih meningkat. Tipe haptic memperlihatkan tanggapan keruangan dan objek secara subjektif, lebih banyak menggunakan perasaannya.
Gambar-gambar gaya kartun banyak digemari. Ada sesuatu yang unik pada masa ini, di mana pada satu sisi anak ekspresi kreatifnya sedang muncul sementara kemampuan intelektualnya berkembang dengan sangat pesatnya. Sebagai akibatnya, rasio anak seakan-akan menjadi penghambat, Kekawatiaran tentang penilaian orang tentang karyanya mulai tumbuh sehingga akibatnya mereka cenderung malu memperlihatkan karyanya.

Masa represi
Masa ini biasanya terjadi penurunan minat menggambar. Sebagian anak mulai melirik dunia baru yang ditemuinya disekolah, lingkungan, ahkan dalm keluarga itu sendiri. Pencarian identitas dan kebebasan adalah ciri utama dari masa ini. Makin banyak waktu yang dihabiskan diluar keluarga atau rumah. Pikiran menjadi abstrak, idealis dan logis. Namun bagi sebagian anak yang memiliki kesenangan dalam senirupa, masa ini juga tidak terlalu berpengaruh terhadap pengembangannya di seni rupa. Dan dalam masa ini juga mulai nampak perbedaan antara anak-anak yang memiliki bakat dan tidak memiliki bakat dalam seni rupa.

Masa pemunculan artistic
Dimasa ini anak dihadapkan pada pilihannya mengenai jati dirinya. Dibalik temuan-temuannya diluarsana mengenai kehidupan masa depan juga akan berpengaruh terhadap pilihannya nanti. Rasional anak pada masa ini sudah bisa dan mampu memilah apa-apa yang ia anggap baik bahkan dalam usia ini seorang anak sudah pantas ditanyakan pendapatnya tentang rapat kecilyang terjadi di keluarga atau sekolah. Masa ini anak juga mulai menyadari kemampuan diri sendiri dalam berkeseni rupaan. Anak yang berbakat cenderung akan melanjutkan kegiatannya dengan rasa senang, tetapi yang merasa tidak berbakat akan meninggalkan kegiatan seni rupa, apalagi tanpa bimbingan. Dalam hal ini peranan guru banyak menentukan, terutama dalam meyakinkan bahwa keterlibatan manusia dengan seni akan berlangsung terus dalam kehidupan. Seni bukan urusan seniman saja, tetapi urusan semua orang dan siapa pun tak akan terhindar dari sentuhan seni dalam kehidupannya sehari-hari.
Sebagai mahasiswa Senirupa sekaligus sebagai calon guru Senirupa diindonesia harus mengetahui perkembangan seni rupa pada peserta didik guna menjadikan pengetahuan ini sebagai acuan untuk menangani atau membimbing peserta didik di berbagai usia dalam urusan seni rupa tentunya.



Sumber
http://rustiani-perkembanganpesertadidik.blogspot.co.id/ (diakses pada hari Kamis, 15 Oktober 2015, pukul 00.15 wita)
Hurlock, Elizabeth B, 1978, Perkembangan Anak, edisi keenam, Penerbit Erlangga.

0 komentar:

Posting Komentar